Selasa, 31 Juli 2018

IP ADDRESS DAN SUBNETTING




NAMA: ENTHENY RAFIF SYUJA
           DIMAS PERMANA FITRA



IP ADDRESS
DAN
SUBNETTING
TANGGAL :     RABU   1- 8 -2018

KELAS : XII – TKJ 1


SK/KD : SUBNETING

JOB : 1                     


NILAI

Materi : IP Address
A.Pengertian ip address
B.Sejarah ip address
C.Format penulisan IP ADDRESS
D.Jenis-jenis ip address
E.Pembagian kelas ip address
F.Address khusus
G.Aturan dasar pemilihan network id dan host id
H.Contoh-contoh ip address kelas A-B-C (masing-masing 5)
   Tentukan mana network id dan host id
Materi : Subnetting
A.Pengertian Subnetting
B.Alasan melakukan subnetting
C.Tujuan subnetting
D.Fungsi subnetting
E.Proses subnetting
F. Mengenai teknik subnetting
G.Aturan-aturan dalam membuat subnetting
H.Perhitungan subnetting
JAWABAN!
1. IP Address adalah sebuah alamat pada komputer agar komputer bisa saling terhubung dengan komputer lain, IP Address terdiri dari 4 Blok, setiap Blok di isi oleh angka 0 - 255. Contoh IP Address seperti 192.168.100.1 , 10.57.38.223 , ini adalah IPv4.
2. 1969 – 1989
IMP  (Interface Message Processor)
 Adalah generasi pertama dari gateway yang saat ini dikenal sebagai router. Digunakan untuk interkoneksi peserta ke ARPANET (Advanced Research Project Agency Network) dari akhir 1960-an hingga 1989. Bisa dikatakan sebagai nenek moyang dari IP address, yang terdokumentasi dengan nama RFC  1 (request for command). Berkapasitas 5 Bit address. Ada sebuah varian dari IMP yang disebut TIP yang menghubungkan terminal dan bukan untuk jaringankcomputer. IMP digunakan di pusat ARPANET sampai akhirnya dihentikan 20 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1989.
1977 – 1979
Bagaimana dengan IPv1, IPv2, IPv3?
Dalam RFC 791 IP didefinisikan versi pertama yang digunakan sebagai Internet Protocol. RFC adalah sebuah memorandum yang diterbitkan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) menjelaskan tentang metode, perilaku, penelitian, atau inovasi berlaku untuk kerja dari Internet dan system yang terhubung di Internet. Dan ternyata bukan versi 1 tapi versi 4!!, ini tentu saja mengartikan bahwa pada dasarnya protocol ini ada versi sebelumnya. Terlepas dari benar-benar ada atau tidaknya, IP dibuat saat fungsi-fungsinya terbagi dari TCP versi sebelumnya yang dikombinasikan antara fungsi TCP dan Fungsi IP. TCP berkembang melalui tiga versi sebelumnya dan terbagi dari TCP dan IP untuk versi keempat. Versi nomor 4 itu diaplikasikan untuk TCP maupun IP untuk konsistensinya. Meskipun dari namanya mengisyaratkan versi sebelumnya, namun IP versi 4 adalah yang pertama digunakan secara meluas pada TCP/IP yang modern.
1981 – sekarang
IPv4
Sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan dalam protocol jaringan TCP/IP untuk komunikasi antar node-nya, format alamat dalam Internet dinyatakan dalam nomor 32-bit (RFC1166) dan dibagi atas 4 kelompok dan setiap kelompoknya terdiri dari 8-bit atau octet, yang sekarang dinamakan Internet Protocol versi 4 yang masih digunakan sampai hari ini.
IPv5
Apa yang terjadi dengan IPv5? Jawabannya adalah tidak ada. sengaja dilewati untuk menghindari kebingungan. Masalah dengan versi 5 berhubungan dengan protokol TCP / IP eksperimental yang disebut Internet Protocol Streaming, yang awalnya didefinisikan dalam RFC 1190, Protokol ini bukanlah versi kelanjutan dari IPv4 melainkan dibuat sebagai pelengkap IP untuk membawa traffic percakapan suara dan konferensi dengan garansi delay dan bandwidth. Saya tidak mendapatkan informasi yang pasti untuk tahun awal dikembangkan, namun kalau mengacu dari RFC1190 itu adalah tahun 1990.
1995 – sekarang dan dimasa yang akan datang
IPv6
Seiring dengan pertumbuhan Internet yang sangat pesat di seluruh dunia yang menyebabkan IPv4 dengan format 32-bit tidak bisa lagi menampung kebutuhan pengalamatan internet setelah jangka 20 tahun kedepan. Dari hasil riset  dan perhitungan pakar IETF menyebutkan dengan hanya 32-bit format address hanya bisa menampung kurang lebih 4 milliar host di dunia ini. Pada tahun 1992 IETF selaku komunitas terbuka Internet membuka diskusi untuk mengatasi masalah ini dengan mencari format IP generasi selanjutnya setelah IPv4, setelah  pembahasan yang panjang, baru pada tahun 1995 ditetapkan melalui RFC2460 IPv6 sebagai IP generasi berikutnya (Next generation yang biasa disebut IPng) yang dapat menampung sekitar 340 milliar trilliun bahkan lebih host address, bisa diibaratkan bila semua manusia di dunia ini membutuhkan IP maka IPv6 itu juga belum akan habis (lebay sedikit J). Pengembangan IPv6 ini sudah dilakukan banyak pihak diseluruh dunia seperti Internet Service Provider, Internet Exchange Point, militer, dan Universitas.
 3. Format Penulisan IP Address

IP address terdiri dari bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda titik setiap 8 bitnya. Setiap 8 bit kita sebut oktet. Dan dari 32 binary bit tersebut terbagi lagi menjadi 4 oktet. Bentuk IP address dapat dituliskan sebagai berikut : xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx



Jadi IP address ini mempunyai nilai tiap oktet diantara 0 sampai 255 dalam format desimal atau dari 00000000 sampai 11111111 dalam format binary. Notasi IP address dengan bilangan biner seperti ini susah untuk digunakan, sehingga sering ditulis dalam 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh 4 buah titik yang lebih dikenal dengan “notasi desimal bertitik”. Setiap bilangan desimal merupakan nilai dari satu oktet IP address. Contoh hubungan suatu IP address dalam format biner
dan desimal :

Jika pada sebuah oktet semua angka biner bernilai 1, maka nilai desimal dalam oktet tersebut adalah 255. Cara konversi dari biner ke desimal, adalah dengan memperhatikan nilai bit. Jika dilihat dari posisi bit, bit paling kanan memiliki nilai 2 pangkat 0. Dan nilai pangkat ditambahkan untuk angka biner sebelah kirinya menjadi 2 pangkat 1. Terus dilanjutkan sampai bit paling kiri. Perhatikan gambarnya ya temen2 :






Kita coba jabarkan IP address 172.16.254.1 ke format biner. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya bahwa satu IP address terbentuk dari 32 bit, maka detailnya akan menjadi seperti dibawah ini :



4.IP address punya kelas atau bagian masing bisa juga disebut jenis-jenis IP address,IP address memiliki 5 jenis atau bagin ,dari 5 IP address tersebut memliki perbedaan masing-masing.Lihat perbedaan nya di bawah ini Cekidot:

1. Kelas A
Fungsi Kelas A adalah Jaringan yang berukuran sangat besar, yang pada tiap jaringannya terdapat sekitar 16 juta host. 
Formatnya :
-Format : 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh
·         Bit pertama : 0
·         Panjang Network ID : 8 bit
·         Panjang Host ID : 24 bit
·         Byte pertama : 0 – 127
·         Jumlah : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
·         Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
·         Jumlah IP : 16.777.214 IP address pada tiap kelas A
2. Kelas B
Fungsi Kelas B adalah jaringan dengan ukuran sedang-besar.
·         Format : 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh
·         2 bit pertama : 10
·         Panjang Network ID : 16 bit
·         Panjang Host ID : 16 bit
·         Byte pertama : 128 – 191
·         Jumlah : 16.384 kelas B
·         Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
·         Jumlah IP : 65.535 IP address pada tiap kelas B
3. Kelas C
Fungsi kelas C adalah untuk jaringan berukuran kecil.
·         Format : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh
·         3 bit pertama : 110
·         Panjang Network ID : 24 bit
·         Panjang Host ID : 8 bit
·         Byte pertama : 192 – 223
·         Jumlah : 2.097.152 kelas C
·         Range IP : 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
·         Jumlah IP : 254 IP address pada tiap kelas C
4. Kelas D
Fungsi kelas D digunakan untuk keperluan multicasting dan tidak mengenal adanya Net-ID dan Host-ID
·         4 Bit Pertama : 1110
·         Byte Inisial : 224 – 247
5. Kelas E
Fungsi kelas D adalah ini digunakan untuk keperluan Eksperimental
·         4 Bit Pertama : 1111
·         Byte Inisial : 248 – 255

5. Pembagian Kelas IP Address 


Kelas A

Format
0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
Bit Pertama
0
Panjang Net ID
8 bit (1 oktet)
Panjang Host ID
24 bit (3 oktet)
Oktet pertama
0 - 127
Range IP address
1.xxx.xxx.xxx.sampai 126.xxx.xxx.xxx (0 dan 127 dicadangkan)
Jumlah Network
126
Jumlah IP address
16.777.214

IP kelas A untuk sedikit jaringan dengan host yang sangat banyak. cara membaca IP address kelas A misalnya 113.46.5.6 ialah Network ID :113, Host ID = 46.5.6


Kelas B

Format
10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
2 bit pertama
10
Panjang Net ID
16 bit (2 oktet)
Panjang Host ID
16 bit (2 oktet)
Oktet pertama
128 - 191
Range IP address
128.0.0.xxx sampai 191.255.xxx.xxx
Jumlah Network
16.384
Jumlah IP address
65.534

Biasa digunakan untuk jaringan besar dan sedang. dua bit pertama selalu di set 10. 16 bit selanjutnya, network IP kelas B dapat menampung sekitar 65000 host.


Kelas C

Format
110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
3 bit pertama
110
Panjang Net ID
24 bit (3 oktet)
Panjang Host ID
8 bit (1 oktet)
Oktet pertama
192 - 223
Range IP address
192.0.0.xxx sampai 255.255.255.xxx
Jumlah Network
2.097.152
Jumlah IP address
254

Host ID adalah 8 bit terakhi, dengan IP kelas C, dapat dibentuk sekitar 2 juta network yang masing-masing memiliki 256 IP address Tiga bit pertama IP address kelas C selalu berisi 111 dengan 21 bit berikutnya. Host ID ialah 8 bit terakhir.


Kelas D

Format
1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm
4 Bit pertama
1110
Bit multicast
28 bit
Byte Inisial
224-247
Deskripsi
Kelas D adalah ruang alamat multicast

Kelas ini digunakan untuk keperluan Multicasting. 4 bit pertama 1110, bit-bit berikutnya diatur sesuai keperluan multicast group yang menggunakan IP address ini. Dalam multicasting tidak dikenal network bit dan host bit.





Kelas E

Format
1111rrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr.rrrrrrrr
4 bit pertama
1111
Bit cadangan
28 bit
Byte inisial
248-255
Deskripsi
Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk keperluan eksperimental
                                               
6. Address Khusus IP
A. Adress Khusus
ada beberapa address yang digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk keperluan host, address tersebut adalah :
1. Network Address :
address ini digunakan untuk mengenal suatu network pada jaringan internet. tujuannya adalah untuk menyederhanakan informasi routing pada internet, router cukup melihat network address untuk menentukan ke router mana diagram tersebut harus dikirimkan analoginya.
2. Broadcast Address :
address ini digunakan untuk mengirim / menerima informasi yang harus diketahui oleh seluruh host yang ada pada suatu network. seperti diketahui, setiap datagram IP memiliki header alamat tujuan berupa IP adress dari host yang akan dituju oleh datagram tersebut.
sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima datagram, yaitu:
– IP adressnya yang bersifat Unix
– broadcast pada network dimana tempat itu berada.
jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah informasi penting.
3. Multicast Address :
kelas address A, B, C adalah address yang digunakan untuk komunikasi antar host, yang menggunakan datagram – datagram unicast, artinya datagram / paket memiliki address tujuan berupa satu host tertentu. hanya host yang memiliki IP address sama dengan destination address pada datagram yang akan menerima datagram tersebut, sedangkan host lain mengabaikannya. jaringan multicast ini dikenal pula sebagai Multicast Backbone ( Mbone ) .
  1. Network ID tidak boleh sama dengan 127 karna secara default digunakan untuk keperluan Loopback yaitu IP Address yang digunakan komputer untuk menunjuk dirinya sendiri.
  2. Network ID dan Host ID tidak boleh sama dengan 255 (seluruh bit di set 1) karna ID Broadcast (dalam hal ini adalah Network ID) merupakan alamat yang mewakili seluruh anggota jaringan.
  3. Network ID dan Host ID tidak boleh 0 (nol). IP Address dengan Host ID 0 (nol) akan diartikan sebagai alamat Network yaitu alamat yang dipergunakan untuk menunjuk suatu jaringan dan tidak munujk suatu Host.
  4. Host ID harus Unik dalam sebuah jaringan karna tidak boleh ada dua Host yang mempunyai Host ID yang sama.
8. IP Address terpisah menjadi dua bagian, yakni bagian network (net ID) dan bagian host (host ID). Net ID untuk mengidentifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan host ID untuk mengidentifikasi host di dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung di dalam jaringan yang sama akan memiliki net ID yang sama. Sebagian dari bit-bit awal pada IP Address merupakan network bit atau network number, sedangkan sisanya untuk host. Untuk membedakan net ID dan host ID, ada garis pemisah yang ditentukan dari pembagian kelas IP address dan subnetting yang dilakukan.

Kelas di dalam IP address terbagi menjadi lima, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas D dan kelas E. Perbedaan tiap kelas adalah pada skala jaringan dan jumlah hostnya. IP address juga perlu untuk dilakukan subnetting agar pemakaian IP address pada jaringan menjadi efektif dan efisien. Pada artikel kali ini, kami akan menjelaskan lebih detail mengenai contoh IP address kelas A beserta cara subnettingnya. Tanpa berlama-lama, berikut ini adalah penjelasannya untuk Anda.

Pengertian IP Address kelas A
Bit pertama pada IP address kelas A adalah “0” di dalam bilangan biner, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang host ID 24 bit. Sehingga, byte pertama IP address kelas A memiliki nilai dari 0-127 dalam bilangan desimal. Pada IP Address kelas A, terdapat 127 network dengan tiap networknya dapat mengalamatkan sekitar 16 juta host. IP address kelas A biasanya digunakan untuk jaringan komputer skala besar. Contohnya adalah jaringan telekomunikasi global yang terdiri dari perangkat keras jaringan komputer yang cukup kompleks. Bit-bit di dalam IP address kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

n = bit network; h = bit host


Subnetting IP Address Kelas A
Seperti yang kami bilang sebelumnya, subnetting dilakukan untuk efisiensi dan efektifitas dalam pemakaian IP address di dalam jaringan komputer. Untuk melakukan subnetting, Anda harus memperhatikan beberapa informasi, seperti subnet mask, dan kelas IP address yang digunakan. Untuk memberikan Anda pemahaman mengenai subnetting IP address kelas A, kami akan memberikan contoh IP address kelas A. Ok, sekarang kami berikan contoh sebuah IP address dengan network address 10.0.0.0/16. Gimana yah cara melakukan subnettingnya? Ada dua cara yang bisa Anda lakukan, berikut ini kedua cara tersebut:
  • Cara pertama
Konsep subnetting IP address kelas A sebenarnya sama saja dengan contoh IP address kelas B yang kami jelaskan sebelumnya. Perbedaannya hanya pada oktet mana kita akan “mainkan” blok subnet-nya. Jika kelas C berarti di oktet keempat (terakhir), kelas B di oktet ketiga dan keempat (2 oktet terakhir), dan jika kelas A berarti di oktet kedua, ketiga, dan keempat (3 oktet terakhir). Lalu, subnet mask yang biasa digunakan untuk subnetting IP address kelas A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Analisa: 10.0.0.0, IP address kelas A dengan Subnet Mask /16, yang berarti deret biner subnetnya adalah 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
  1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya bilangan biner “1” pada 3 oktet terakhir. Artinya, dapat dihitung 28 = 256 subnet
  2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah banyaknya bilangan biner “0” pada 3 oktet terakhir. Artinya, dapat dihitung 216 – 2 = 65534 host
  3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya.
  4. Alamat host dan broadcast yang valid? Mari kita simak tabel berikut
Alamat Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Alamat Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Alamat Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Alamat Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255
  • Cara kedua
Cara kedua kali ini caranya hampir sama seperti penjelasan kami sebelumnya pada contoh IP address kelas C dan kelas B. Yang membedakan pada subnetting IP address kelas A hanyalah pada oktet yang dimainkan untuk metode subnettingnya. Kali ini, kami akan berikan contoh IP address 10.85.30.2 /12. Tentukan alamat subnet, alamat host pertama dan terakhir, serta alamat broadcastnya!
10
85
30
2
1111111
11110000
0000000
0000000
Oktet 1
Oktet 2
Oktet 3
Oktet 4
256
256
Anda ingat tabel di bawah ini? Tabel tersebut akan kita gunakan kembali dalam metode subnetting IP address kelas A kali ini.
Nilai CIDR
Total IP Address
/24
256
/25
128
/26
64
/27
32
/28
16
/29
8
/30
4
Karena pada contoh kali ini adalah contoh IP address kelas A, maka hostnya yang menjadi acuan di dalam perhitungan adalah 85, jadi cara menghitungnya adalah /12 + 16 sehingga 12 + 16 = /28 (angka 16 didapat dari penjumlahan oktet 3 dan oktet 4 yang masing-masing oktet berjumlah 8 biner, jadi 8 + 8 = 16). Sehingga nilai CIDR-nya menjadi /28, yang berdasarkan pada tabel di atas, mempunyai total IP address sebanyak 16 yang range IP address-nya adalah (0-15). Maksudnya IP address yang tersedia dimulai dari 10.0.0.0 – 10.15.255.255. Pada contoh ini, 10.85.30.2 tidak termasuk dalam range IP address (0-15). Untuk mengetahui host 85 termasuk ke dalam range IP address yang mana, kita akan menggunakan cara yang sama persis ketika perhitungan subnetting IP address kelas C dan B, yaitu 85 dibagi total IP address-nya yaitu 16 dan hasilnya dikali 16 juga. Sehingga dapat dituliskan seperti di bawah ini:,
85 / 16 = 5,13, hasilnya digenapkan menjadi 5. Lalu5 x 16 = 80 dan 80 + 15 = 95 (80 – 95 ) sehingga host 85 terdapat di range IP address (80 – 95). Maksudnya ip address 10.85.30.2 terdapat di dalam range IP address 10.80.0.0 sampai 10.95.255.255.


Jangan lupa, karena ini merupakan IP address kelas A, bukan berati total IP address-nya ada 16. Yang benar adalah 16 x 256 x 256 = 1.048.576. Jadi /12 mempunyai total IP address sebanyak 1.048.576 host. Jika dituliskan hasil-hasilnya, maka akan seperti di bawah ini.
Alamat Network = 10.80.0.0
IP Address Awal = 10.80.0.1
IP Address Akhir = 10.95.255.254
Alamat Broadcast = 10.95.255.255
Subnet mask = 256-16 = 255.240.0.0
Kesimpulannya, dan materi subnetting dan contoh IP address yang kami tuliskan akhir-akhir ini, kita dapat melihat bahwa cara perhitungan subnetting dari IP address kelas A, B, dan C itu sama saja. Yang membedakan hanyalah oktet berapa yang akan “dimainkan”. Sekian artikel kami kali ini seputar contoh IP address kelas A beserta cara subnettingnya. Semoga artikel kali ini dapat menambah wawasan kita lebih dalam seputar networking dan cara-cara subentting.

Kelas B
IP address kelas B terdiri dari 16 bit untuk network ID dan sisanya 16 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas B digunakan untuk jaringan dengan jumlah host yang tidak terlalu besar. Pada 2 bit pertama berikan angka 10, sehingga bit awal IP tersebut mulai dari (128 – 191).

Karakteristik IP Kelas B
Format : 10NNNNNN..NNNNNNNN.HHHHHHHH.HHHHHHHH
Bit Pertama : 10
NetworkID : 16 bit
HostID : 16 bit
Bit Pertama : 128 -191
Jumlah : 16.384
Range IP : 128.1.x.x – 191.155.x.x
Jumlah IP : 65.532
Misalnya IP address 150.70.45.18 maka
Network ID = 150.70
HostID = 60.56
  • Untuk Subnetmask =255.255.0.0
  • Jadi IP di atas mempunyai host dengan nomor 60.56 pada jaringan 150.70
Kelas C                                               
IP address kelas C terdiri dari 24 bit untuk network ID dan sisanya 8 bit digunakan untuk host ID, sehingga IP address kelas C digunakan untuk jaringan untuk ukuran kecil. Kelas C biasanya digunakan untuk jaringan Local Area Network atau LAN. Biasanya ini terdapat dalam Warnet-Warnet maupun sebuah sekolah. Pada 3 bit pertama berikan angka 110 sehingga bit awal IP tersebut mulai dari (192 – 223).
Karakteristik IP Kelas C
Format : 110NNNNN.NNNNNNNN.NNNNNNNN.HHHHHHHH
Bit Pertama : 110
NetworkID : 24 bit
HostID : 8 bit
Bit Pertama : 192 – 223
Jumlah : 16.384
Range IP : 192.0.0.x.x – 223.255.255.x.x
Jumlah IP : 254 IP
Misalnya IP address 192.168.1.1 maka
Network ID = 192.168.1
HostID = 1
  • Untuk Subnetmask =255.255.225.0


1. Subnetting adalah teknik memecah network (jaringan komputer) menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil.

2.  A. Mengurangi efek broadcast                                                                                
         Broadcast berarti menyebarkan paket yang dikrimkan oleh salah satu host ke semua host yang tergabung dalam sebuah jaringan LAN. Dalam sebuah jaringan LAN (Local Area Network), ketika sebuah komputer mengirimkan kepada salah satu komputer pada jaringan yang sama, maka semua komputer pada jaringan LAN yang sama akan menerima pesan tersebut dan mengecek untuk memastikan bahwa pesan tersebut ditujukan untuk dirinya atau tidak. Jika pesan tersebut bukan ditujukan untuk dirinya, maka pesan tersebut akan dibuang. Efek dari broadcasat ini dapat menyebabkan lalu lintas data yang padat pada sebuah jaringan LAN, terlebih jika pada jaringan tersebut terdapat banyak host. Dengan subnetting, kita dapat mengecilkan range sebuah blok IP address pada sebuah jaringan. Dengan demikian, pesan broadcast yang dikirim secara otomatis menjadi lebih sedikit sesuai dengan jumlah host yang tersedia.
    B.Penggunaan IP address menjadi efisien
Inilah tujuan lain dari metode subnetting yang dapat membuat penggunaan IP address menjadi lebih irit atau efisien. Dalam sebuah LAN, kita terbiasa menggunakan IP address kelas C yang memiliki jumlah host secara default 254. Namun kita tidak perlu menggunakan blok dengan jumlah blok sebanyak itu, karena dengan subnetting kita bisa membuatnya lebih kecil sesuai denngan jumlah host yang ada.


      C. Utuk pengamanan
Hal ini biasanya sering diterapkan untuk koneksi point-to-point, baik antara server dengan server maupun server dengan router. Demi keamanan, sangat dianjurkan menggunakan subnetting untuk menentukan range blok pada network address tersebut hanya terdiri atas 2 IP address saja. Dengan demikaian komputer atau perangkat jaringan terssebut tidak akan bisa terkoneksi dengan komputer lain karena IP address yang tersedia hanyalah  2 IP address saja.
3. Tujuan Subnetting
Setelah mengetahui pengertian di atas, bisa kita tentukan tujuan dari subnetting ada beberapa, yaitu:
  1. Membagi satu jaringan menjadi beberapa beberapa sub-jaringan atau jaringan yang lebih kecil.
  2. Menempatkan suatu host apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
  3. Mengatasi masalah pada perbedaan perangkat keras (hardware) dengan topologi jaringan yang digunakan.
  4. Membuat penggunaan dari IP Address menjadi lebih efisien atau efektif.
4. Fungsi Subnetting
Setelah tujuan dari subnetting, berikut ini adalah beberapa fungsi dari subnetting itu sendiri:
  1. Mengurangi traffic atau lalu lintas jaringan, sehingga data yang lewat atau sedang ditransfer tidak akan bertabrakan (collision).
  2. Kerja jaringan yang lebih optimalkan.
  3. Membuat pengelolaan jaringan lebih sederhana.
  4. Membantu pengembangan jaringan ke arah yang cenderung menjauh dari area jaringan itu sendiri.
5. Proses Subnetting
a. Menentukan subnet yang valid,
b.Menentukan alamat broadcast untuk tiap subnet,
c.Menentukan jumlah subnet yang dihasilkan oleh subnet mask,
d.Menentukan jumlah host per subnet,
e.Menentukan host – host yang valid untuk tiap subnet. 



6. MENGENAL TEKNIK SUBNETTING

Setelah sebelumnya blog gaptek ini membahas tentang “ Mengenal Kelas IP Address”, maka melanjutkan pembahasan tersebut dalam postingan kali ini blog gaptek memberanikan diri membahas tentang “Mengenal Teknik Subnetting “, mari kita mulai.
Apa itu Subnetting?
Subnetting merupakan teknik memecah network menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan pada IP addres kelas A, IP Address kelas B dan IP Address kelas C. Dengan subnetting akan menciptakan beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam tiap network tersebut.

Apa tujuan Subnetting?
Apa tujuan Subnetting , Mengapa perlu subnetting atau Apa manfaat subnetting? Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melakukan subnetting, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.       Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address
2.       Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan daam suatu network, karena Router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
3.       Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kesalahan akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.
Sebagai gambaran untuk mengenal teknik subnetting ini contoh kasusnya kira-kira seperti berikut:

Misalkan disebuah perusahaan terdapat 200 komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting maka semua komputer (host) tersebut dapat kita hubungkan kedalam sebuah jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut:
Misal kita gunakan IP Address Private kelas C dengan subnet mask defaultnya yaitu 255.255.255.0 sehingga perinciannya sebagai berikut:

Network Perusahaan
Alamat Jaringan : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255

Misalkan diperusahaan tersebut terdapat 2 divisi yang berbeda sehingga kita akan memecah network tersebut menjadi 2 buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda-beda tergantung berapa subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut:

Network Divisi A
Alamat Jaringan / Subnet A : 192.168.1.0
Host Pertama : 192.168.1.1
Host Terakhir : 192.168.1.126
Broadcast Address : 192.168.1.127

Network Divisi B
Alamat Jaringan / Subnet B : 192.168.1.128
Host Pertama : 192.168.1.129
Host Terakhir : 192.168.1.254
Broadcast Address : 192.168.1.255

Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing network maksimal terdiri dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus menggunakan Router.



7.           Terdapat aturan-aturan dalam membuat Subnet Mask:
Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga, oktet pertama dari subnet pasti 255.
1.      Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Anda harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0 digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu sendiri) maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID adalah 30 bit.
2.      Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang berasal dari 8 bit.

BINARY OCNET
DECIMAL
00000000
0
10000000
128
11000000
192
11100000
224
11110000
240
11111000
248
11111100
252
11111110
254
11111111
255



8.         Penghitungan Subnetting
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah yaitu:
·           Jumlah Subnet.
·           Jumlah Host per Subnet.
·           Blok Subnet.
·           Alamat Host- Broadcast.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24 artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar